Profil Ayat
| Nama Surat : Asy-Syura |
| Nomor Ayat : 49-50 |
| Nomor Surat : 42 |
| Tema : |
| Biologi Penciptaan Manusia Sejarah Alam |
| Jumlah Pengunjung : 111 |
Detail Ayat
| Ayat |
| ﴿ لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ يَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُ ۗيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ اِنَاثًا وَّيَهَبُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ الذُّكُوْرَ ۙ ٤٩ اَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَّاِنَاثًا ۚوَيَجْعَلُ مَنْ يَّشَاۤءُ عَقِيْمًا ۗاِنَّهٗ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ ٥٠ ﴾ |
| Terjemahan Kemenag 2019 |
49. Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki, memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, 50. atau Dia menganugerahkan (keturunan) laki-laki dan perempuan, serta menjadikan mandul siapa saja yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. |
| Tafsir Sains |
|
Meskipun ukurannya sangat kecil, sel-sel reproduksi adalah sumber kehidupan dan keanekaragamannya, yang terus diwariskan dari generasi ke generasi: dari orang tua kita, Adam dan Hawa (AS), hingga Allah mewarisi bumi dan seluruh isinya.
Pada manusia, sel-sel somatik mengandung 46 kromosom yang tersusun dalam 23 pasang, di mana masing-masing pasangan memiliki bentuk dan struktur yang serupa, namun membawa gen yang berbeda. Jumlah ini sama pada pria dan wanita, meskipun kromosom penentu jenis kelamin berbeda. Pada laki-laki, terdapat 44 kromosom somatik dan dua kromosom penentu jenis kelamin yang tidak homolog: salah satunya membawa penanda maskulin (Y), sedangkan yang lainnya membawa penanda feminin (X). Selama proses pembelahan meiosis untuk membentuk sperma, satu sperma akan membawa penanda maskulin, sementara yang lainnya membawa penanda feminin.
Sebaliknya, pada wanita, kedua kromosom penentu jenis kelamin bersifat homolog, keduanya membawa penanda feminin (X). Saat sel somatik wanita mengalami pembelahan meiosis untuk membentuk sel telur, sel telur akan membawa sinyal seks (X) dan (X).
Dengan demikian, jika sperma yang membuahi sel telur membawa penanda maskulin (Y), maka janin akan berjenis kelamin laki-laki, dengan izin Allah Sang Pencipta. Jika sperma tersebut membawa penanda feminin (X), maka janin akan berjenis kelamin perempuan, Insya Allah.
Oleh karena itu, para ahli genetika menyimpulkan bahwa jenis kelamin janin (laki-laki atau perempuan) ditentukan saat pertama kali sperma bertemu dengan sel telur. Namun, Rasulullah (SAW) bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Hudhayfah bin Asid: “Jika telah berlalu 42 malam dari masa pembuahan, Allah mengutus malaikat untuk membentuknya, menciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Lalu malaikat bertanya: Ya Allah, laki-laki atau perempuan? Kemudian Allah menetapkan apa yang Dia kehendaki, dan malaikat menulisnya” (HR. Muslim dalam Sahihnya, Kitab al-Qadr).
Penjelasan para ahli genetika berlaku pada tahap kromosom, yang tidak dapat diamati secara langsung. Kode genetik manusia yang tersimpan dalam kromosom sangat rapuh dan kompleks, karena berada di dalam inti sel yang ukurannya tidak lebih dari sepersejuta milimeter kubik. Namun, jika dibentangkan, panjangnya bisa melebihi dua meter dan mengandung sekitar 18,6 miliar senyawa kimia berupa basa gula, fosfor, dan basa nitrogen. Jika ada kesalahan dalam salah satu urutan ini, maka makhluk yang dihasilkan bisa mengalami kelainan atau bahkan tidak terbentuk sama sekali.
Pada tingkat jaringan, jenis kelamin janin belum dapat dibedakan sebelum minggu ketujuh kehamilan, ketika kelenjar reproduksi mulai berdiferensiasi. Meskipun organ reproduksi mulai terbentuk pada akhir minggu keenam, perbedaannya antara laki-laki dan perempuan baru terlihat jelas setelah memasuki bulan keempat kehamilan. Kadang-kadang, struktur organ reproduksi yang tampak mungkin tidak sesuai dengan kelenjar reproduksi yang sesungguhnya. Selain itu, organ reproduksi eksternal mulai terbentuk dari tonjolan kulit yang baru mulai terlihat antara minggu kedelapan hingga kedua belas usia janin.
Kelenjar reproduksi awalnya tumbuh dari punuk genital yang berada di antara tulang belakang dan tulang rusuk, lalu perlahan-lahan turun ke area panggul mulai minggu kesepuluh. Testis pada janin laki-laki baru mencapai skrotum di luar tubuh menjelang bulan kesembilan kehamilan. Meski begitu, jenis kelamin janin sudah dapat ditentukan dengan menganalisis sampel cairan ketuban mulai minggu kelima belas, atau melalui pemeriksaan USG setelah bulan keempat.
Dari semua penjelasan ini, jelas bahwa Allah-lah yang menentukan siapa yang akan dianugerahi anak perempuan, dan siapa yang akan dianugerahi anak laki-laki. Dialah Sang Pencipta dan Pembentuk segala sesuatu, dan tiada yang dapat menyamai-Nya. Makna dari ayat ini adalah bahwa Allah SWT menetapkan siapa saja yang dikehendaki-Nya untuk tidak memiliki anak, baik laki-laki maupun perempuan.
Allah Ta’ala berfirman, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang kekal (pahalanya) adalah lebih baik di sisi Tuhanmu sebagai balasan dan lebih baik untuk menjadi harapan” (QS. Al-Kahfi: 46).
Jika demikian, mengapa Allah menjadikan sebagian makhluk-Nya mandul dan tidak subur?
Untuk menjawabnya, dapat dikatakan bahwa salah satu hikmahnya adalah agar jelas keutamaan memiliki keturunan bagi mereka yang dikaruniai anak, sehingga mereka memuji Allah. Sementara bagi yang tidak memiliki keturunan, mereka bisa bersabar dan meraih pahala di dunia dan akhirat. Pemilik keturunan pun seharusnya memuji Allah atas karunia kesehatan, ketakwaan, dan keselamatan keturunan mereka. Di sisi lain, mereka yang tidak memiliki anak bisa bersyukur karena tidak dihadapkan dengan keturunan yang mungkin cacat atau bermasalah.
Diketahui bahwa interaksi antara kode genetik ayah dan ibu dapat menyebabkan banyak mutasi genetik, yang berpotensi menimbulkan berbagai penyakit bawaan. Hal ini disebabkan oleh kerusakan pada DNA (asam deoksiribonukleat), tempat kode genetik tertulis, atau penyimpangan dalam jumlah kromosom, baik penambahan maupun pengurangan, yang dapat menyebabkan penyakit yang tidak dapat disembuhkan seperti kanker, keterbelakangan mental, demensia, penuaan dini, serta berbagai kelainan bawaan dan neurologis lainnya.
Hal-hal ini tidak diketahui oleh siapa pun pada saat turunnya wahyu, maupun berabad-abad setelahnya. Tidak mungkin pula pengetahuan ini diperoleh melalui ilmu manusia pada waktu itu. Maka, ketika Al-Qur'an menyebutkannya dengan jelas dan tepat, hal ini menjadi bukti bagi siapa saja yang berakal bahwa kitab ini tidak mungkin buatan manusia, melainkan firman Allah, Sang Pencipta, yang menurunkannya dengan ilmu-Nya kepada Penutup para nabi dan rasul. |
| Referensi |
|
Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm,
(Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007), 289-292.
Referensi Lengkap |
Daftar Pustaka :
IEEE :
[1] Zaghlūl al-Najjār, Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm, Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007, hlm. 289-292. Diakses pada 26 Oktober 2025 melalui website tafsil.id.
Chicago :
Zaghlūl al-Najjār. Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm. Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah, 2007, 289-292. Diakses pada 26 Oktober 2025 melalui website tafsil.id.
APA :
Zaghlūl al-Najjār. (2007). Tafsīr al-Āyāt al-Kawniyyah fī al-Qur’ān al-Karīm (hlm. 289-292). Kairo: Maktabatu al-Syurūq al-Dauliyyah. Diakses pada 26 Oktober 2025 melalui website tafsil.id.