Profil Ayat
| Nama Surat : Ar-Rum |
| Nomor Ayat : 41 |
| Nomor Surat : 30 |
| Tema : |
| Bumi Laut |
| Jumlah Pengunjung : 133 |
Detail Ayat
| Ayat |
| ﴿ ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ ٤١ ﴾ |
| Terjemahan Kemenag 2019 |
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar). |
| Tafsir Sains |
|
Ayat ini secara tegas menunjukkan bahwa kerusakan yang terjadi di darat dan di laut dapat disebabkan oleh tindakan manusia yang merusak lingkungan hidup. Akibat dari perusakan ini adalah penderitaan yang dialami oleh manusia sendiri.
Istilah "pemanasan global" pertama kali diperkenalkan oleh Arrhenius pada tahun 1896 M. Ia memperkirakan bahwa pembakaran bahan bakar fosil akan meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer, yang pada akhirnya akan menyebabkan peningkatan suhu bumi. Fenomena ini dikenal sebagai "efek rumah kaca," di mana sinar matahari menembus atmosfer dan memanaskan permukaan bumi, tetapi panasnya terperangkap dan tidak dapat kembali ke luar angkasa. Arrhenius memperkirakan bahwa jika konsentrasi karbon dioksida di atmosfer meningkat dua kali lipat, suhu global akan meningkat sekitar 4 hingga 5 derajat Celcius. Perkiraan ini mendekati ekspektasi ilmiah saat ini.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, mulai terjadi ketidakseimbangan komposisi atmosfer akibat aktivitas manusia dan kemajuan industri. Emisi gas rumah kaca meningkat secara signifikan, menyebabkan perubahan iklim. Konsentrasi karbon dioksida di atmosfer saat ini sekitar 32 kali lebih tinggi dibandingkan sebelum revolusi industri. Laporan dari Panel Internasional tentang Perubahan Iklim menunjukkan bahwa suhu bumi telah meningkat antara 0,4 hingga 0,8 derajat Celcius selama satu abad terakhir.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa jumlah badai dahsyat, seperti Katrina dan Andrew, telah meningkat selama beberapa dekade terakhir, dan peningkatan ini dikaitkan dengan pemanasan global. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah badai hebat meningkat dari 11 badai setiap tahun pada tahun 1970-an menjadi 19 badai sejak tahun 1990-an. Lautan diyakini sebagai penyebab utama perubahan iklim yang terjadi di darat. Peter Webster dari Institut Teknologi Georgia menjelaskan bahwa uap air yang dihasilkan dari peningkatan suhu air laut berfungsi sebagai bahan bakar yang mempercepat kecepatan badai. Suhu rata-rata air permukaan laut telah meningkat satu derajat Celcius antara tahun 1970 dan 2004. Greg Holland dari Pusat Penelitian Iklim Nasional memperingatkan bahwa badai yang serupa dengan Badai Katrina dan Andrew kemungkinan besar akan meningkat dalam tahun-tahun mendatang. Para peneliti sepakat bahwa kenaikan suhu di permukaan laut terutama disebabkan oleh pemanasan global.
Jika suhu bumi terus meningkat akibat penumpukan limbah industri, terutama di negara-negara maju, kemungkinan suhu permukaan lautan di kawasan tropis juga akan meningkat. Ini dapat menyebabkan angin topan yang lebih sering, lebih dahsyat, serta mencairnya es di kutub yang akan menyebabkan kenaikan permukaan laut. Permukaan laut diperkirakan akan naik hingga 88 sentimeter pada tahun 2100, yang mengancam kehidupan 100 juta orang yang tinggal di dataran rendah. Selain itu, peningkatan suhu juga akan menyebabkan peningkatan jumlah nyamuk dan kejadian penyakit di wilayah-wilayah yang lebih panas. Para ahli memperingatkan bahwa negara-negara di seluruh dunia harus bersatu dalam upaya untuk mencegah bahaya ini, melalui perjanjian yang mengikat seperti Protokol Kyoto, yang disepakati oleh hampir semua negara industri besar, kecuali Amerika Serikat. Meskipun Amerika Serikat memiliki tanggung jawab besar atas kerusakan iklim, dampak dari badai yang semakin parah harus ditanggung oleh penduduk yang tidak bersalah. Pemandangan bencana ini seharusnya menggerakkan seluruh umat manusia untuk bersatu dalam perdamaian dan kerja sama.
Ketika wahyu ini diturunkan, tidak ada yang mengetahui bahwa manusia bisa merusak ekosistem global di darat dan di laut. Kerusakan lingkungan secara umum, seperti pemanasan global dan polusi air serta udara, adalah akibat dari tindakan manusia. Ini menunjukkan bahwa Pencipta alam semesta, Allah SWT, adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Ayat-ayat Al-Qur'an yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad SAW ternyata selaras dengan apa yang baru-baru ini dibuktikan oleh ilmu pengetahuan. |
| Referensi |
|
Abdullāh bin ‘Abd al-‘Azīz al-Muṣlih, al-I‘jāz al-‘Ilmī fī al-Qur’ān wa al-Sunnah,
(Mekah: al-Hay’ah al-Ālamiyyah lī al-I‘jāz al-‘Ilmī fī al-Qur’ān wa al-Sunnah - Rābiṭatu al-Ālam al-Islāmī, 2014), 260-262.
Referensi Lengkap |
Daftar Pustaka :
IEEE :
[1] Abdullāh bin ‘Abd al-‘Azīz al-Muṣlih, al-I‘jāz al-‘Ilmī fī al-Qur’ān wa al-Sunnah, Mekah: al-Hay’ah al-Ālamiyyah lī al-I‘jāz al-‘Ilmī fī al-Qur’ān wa al-Sunnah - Rābiṭatu al-Ālam al-Islāmī, 2014, hlm. 260-262. Diakses pada 26 Oktober 2025 melalui website tafsil.id.
Chicago :
Abdullāh bin ‘Abd al-‘Azīz al-Muṣlih. al-I‘jāz al-‘Ilmī fī al-Qur’ān wa al-Sunnah. Mekah: al-Hay’ah al-Ālamiyyah lī al-I‘jāz al-‘Ilmī fī al-Qur’ān wa al-Sunnah - Rābiṭatu al-Ālam al-Islāmī, 2014, 260-262. Diakses pada 26 Oktober 2025 melalui website tafsil.id.
APA :
Abdullāh bin ‘Abd al-‘Azīz al-Muṣlih. (2014). al-I‘jāz al-‘Ilmī fī al-Qur’ān wa al-Sunnah (hlm. 260-262). Mekah: al-Hay’ah al-Ālamiyyah lī al-I‘jāz al-‘Ilmī fī al-Qur’ān wa al-Sunnah - Rābiṭatu al-Ālam al-Islāmī. Diakses pada 26 Oktober 2025 melalui website tafsil.id.